Narasi
sejarah awal keruntuhan Kerajaan Majapahit selalu dikaitkan dengan kematian
Patih Gadjah Mada (1364 M) dan Prabu Hayam Wuruk (1389 M). Bagaimanapun, kedua
figur ini mampu membawa Majapahit pada puncak kejayaan. Ditandai dengan
dikuasainya sebagian besar wilayah nusantara, termasuk semenanjung Malaya dan
sebagian Filipina.
Kematian
Hayam Wuruk dan Gadjah Mada tak pelak membuat kerajaan yang berpusat di
Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur ini mengalami kemunduran. Terjadi perebutan
kekuasaan karena tidak ada figur pemersatu: Perang Paregreg pun meletus pada
1405. Membuat kerajaan yang berusia lebih dari 200 tahun ini mendekati ajalnya.
Manchester
United jelas hal yang berbeda jauh dengan Majapahit, baik secara entitas,
spasial, maupun temporal. Namun, dalam beberapa aspek kedua institusi ini
terlihat sama. Terutama soal nasib-nasib yang menimpanya.
Kesamaan
ini kian jelas jika melihat situasi dan kondisi Manchester United saat ini.
Manchester United hari ini bukan lagi Manchester United yang kita jumpai 5-10
tahun lalu. Klub yang memiliki jumlah “penduduk” 10 persen dari total seluruh
warga dunia ini sedang mengecewakan banyak pihak: kebijakan-kebijakan yang
diambil manajemen semakin jauh dari nilai-nilai ke-MU-an. Duet Louis van Gaal –
Ed Woordward, yang melanjutkan duet Lord Moyes – Ed Woordward, dianggap
belum mampu menyamai kepemimpinan Sir Alex Ferguson – David Alan Gill.
Ya,
Fergie dan Gill adalah dua figur penting dibalik kejayaan kerajaan bisnis
Malcolm Glazer ini. Gill yang sudah mengabdi selama 16 tahun di Old Trafford,
menanggalkan jabatannya pada 2013, untuk menjadi Wakil Ketua FA, anggota Exco
UEFA, hingga Wakil Presiden FIFA.
Pria yang
menjabat CEO Manchester United sejak 2003 ini (selalu) mampu menerjemahkan
keinginan Fergie di lantai bursa transfer. Robin van Persie menjadi kado
perpisahan yang ia persembahkan kepada pria Skotlandia. Media The Telegraph menggambarkan sosok kelahiran
Reading, sebagai pribadi dengan pembawaan tenang yang memiliki peran ganda.
“Gill
adalah administratur sepakbola kuno yang memiliki peran besar bersama Ferguson.
Ia berhasil membuat rekening Manchester United kian gemuk. Ia adalah sosok
penting dibalik deal-deal MU dengan sponsor: produsen mesin
diesel Malaysia, perusahaan farmasi Bulgaria, Mr Potato (Malaysia), dan The
Chilean Wine Company.”
Pensiunnya
Gill dari jabatan CEO Manchester United pada 20 Februari 2013 membuat Sir Alex
Ferguson sedih sekaligus bahagia. “David telah menjadi chief executive yang
hebat: dia jujur dan selalu menempatkan Manchester United di posisi pertama,”
ujar Fergie suatu ketika.
“Tidak
pernah ada selisih pendapat diantara kami. Dia selalu menginginkan yang terbaik
untuk United: apakah itu pemain, tempat latihan, atau staf. Kepergiannya adalah
kerugian besar bagi saya, tapi fakta bahwa ia akan ada di dewan FA membuat
alasan kepergiannya menjadi baik.”
Resign-nya sang CEO memang tak terlalu berdampak pada stabilitas
Manchester United. Namun, kondisi itu segera berubah dalam tiga bulan ke depan
kala SAF—sapaan Sir Alex Ferguson—memutuskan pensiun dari klub dan dunia
sepakbola yang membesarkannya.
Keputusan
sang gaffer pensiun di akhir musim 2012/2013, pada Mei 2013 segera melemahkan
harga saham MU beberapa hari setelahnya. Di bursa saham New York, harga saham
MU menurun 4,7 persen dari US$ 18,77 menjadi US$ 17,88.
“Ini
meningkatkan risiko berinvestasi di Manchester United. Kondisi ini seperti
ketika Apple kehilangan Steve Jobs. Ferguson merupakan kunci eksekutif yang
menjadi motor bisnis,” kata pakar bisnis olahraga Emmanuel Hembert seperti
dikutip CNN.
Ya, sosok
Fergie memang tak bisa dilepaskan dari Manchester United. Fergie dan Manchester
United ibarat Dwi Tunggal yang saling melengkapi. Selama 26 tahun
pengabdiannya, kakek yang dikenal arogan di ruang ganti ini telah
mempersembahkan 38 trofi bagi the red devils: 13 trofi Premier
League, 2 trofi Liga Champions, 5 trofi FA Cup, 4 League Cup, 10 trofi
Community Shield, 1 trofi European Cup Winners, Uefa Super Cup,
Intercontinental Cup, dan FIFA Club World Cup.
Sementara
Manchester United tetap bersetia dengan Fergie, para klub rival sibuk bergonta-ganti
manager. Liverpool telah berganti 10 manager selama Fergie berkuasa di
Manchester United. Chelsea lebih mengerikan lagi, sebanyak 18 nama telah
mengisi kursi manager klub milik Roman Abramovich ini.
Maka
lengsernya Gill dan Fergie secara hampir bersamaan membuat fans dan para
“diaspora” Manchester United sedih. Kesedihan juga dirasakan para rival. “Anda
harus menghormati keputusannya. Ini menyedihkan karena merupakan akhir dari
sebuah karier yang luar biasa. Dia mendapatkan banyak pujian yang memang layak
ia dapatkan,” ujar pelatih Arsenal Arsene Wenger.
“Ketika
Sir Alex menelpon saya dan memberi saya sebuah kehormatan untuk mengetahui
keputusannya, saya merasa terkejut dan sedih,” tutur manager Chelsea Jose
Mourinho.
Sepeninggal
David Gill, kursi Direktur Eksekutif lalu diambil alih Ed Woordward, sosok yang
amat berjasa dalam proses akuisisi Manchester United oleh keluarga Glazer pada
2005. Woordward memang seorang ekonom yang andal dalam mencari
sponsorship. Duetnya bersama bagian komersial United Richard Arnold, membuat
pundi-pundi keuangan klub kian gemuk. Mega deal United bersama perusahaan jersey
Adidas salah satu bukti shahihnya. Belum lagi ditambah kesepakatan lain dengan
Chevrolet, AON, Aeroflot, Epson, Aperol Spritz, hingga perusahaan mie instan
macam NISSIN.
Fergie
pernah berkata bahwa Woordward merupakan sosok yang pintar mencari uang,
tapi ia tidak tahu cara menghabiskan uang. Ini yang menjadi problem utama
Manchester United sepeninggal Gill dan Fergie.
Ketidakcakapan
Woordward di bursa transfer, ditambah hadirnya David Moyes di kursi paling
“panas” bekas Ferguson, membuat performa United mencapai titik nadir. Di musim
pertamanya bersama sang football
genius, United terpuruk di posisi 7 klasemen Premier League
2013/2014. Moyes yang memiliki kontrak panjang bersama United akhirnya di
depak sebelum kompetisi rampung. Ryan Giggs lalu ditugaskan untuk mengganti
posisinya sementara.
Kursi
kepelatihan United lalu diambil alih oleh Louis Van Gaal di musim selanjutnya. The iron tulips dinilai mampu mengembalikan United
ke khittah setelah ia mampu membawa Timnas Belanda menjadi yang terbaik ke tiga
di Piala Dunia Brazil 2014.
Kegemaran
Van Gaal dalam merawat pemain muda dan memeragakan sepakbola indah juga dinilai
searah dengan filosofi United. Namun, faktanya itu semua hanya cerita manis di
awal. Semuanya segera berubah ketika bon belanja United mencapai Rp. 6,1
triliun.
Ya,
United telah berubah dari klub penjual ke klub pembeli. Memang belanja pemain
dengan nilai fantastis tersebut bukan hanya terjadi di era Van Gaal. Lord Moyes juga membeli dua pemain:
Marouane Fellaini dan Juan Mata seharga 27,5 juta poundsterling dan 37,1 juta
poundsterling.
Di era
Van Gaal, alih-alih belanja dengan efektif, belanja pemain United kian
jor-joran dan tak terkontrol. Luke Shaw, Ander Herrera, Daley Blind, Angel Di
Maria, Morgan Schneiderlin, Memphis Depay, Matteo Darmian, dan Bastian
Schweinsteiger adalah muka-muka baru yang bernilai dua digit. Itu belum
ditambah dengan transfer fenomenal Anthony Martial yang menguras keuangan
United hingga 36 juta poundsterling.
Tak hanya
terlampau mahal, pemain-pemain yang dibeli United sebagian besar tidak mampu
mendongkrak performa tim secara keseluruhan. Contoh paling nyata adalah Di
Maria. Pemain Real Madrid yang “transfernya” agak sedikit dipaksakan manajemen
United ini ditebus seharga 59,7 juta poundsterling untuk kemudian dijual pada
ke Paris Saint Germain seharga 44 juta poundsterling pada musim ini.
Di
Maria—bersama Marouane Fellaini—bahkan membuat United memiliki “Bangku
Cadangan” termahal di Premier League musim lalu. Riset The Soccerex Transfer Review menyebut harga pemain cadangan United
mencapai angka Rp. 2,56 triliun. Berturut ada nama Tottenham Hotspur,
Manchester City, Liverpool, dan Arsenal.
Dengan
skuat parlente seperti itu, masygulnya tak satu pun trofi mampir di lemari
United pada musim lalu. Tiket Liga Champions yang diperjuangkan Wayne Rooney
dkk melalui jalur play off pun menjadi satu-satunya pledoi
yang bisa membuat para fans bersabar.
Kini
dengan skuat yang boleh dikatakan komplit, manajemen United tentunya wajib
menargetkan minimal satu trofi kepada Louis Van Gaal. Hal itu harusnya juga
diikuti dengan lebih banyak memasukkan pemain-pemain akademi ke starting eleven
Manchester United. Ini semata-mata untuk menjaga kesetiaan dan kebanggaan warga
Manchester United di seluruh penjuru dunia.
Hancurnya
Kerajaan Majapahit banyak dipengaruhi oleh perkembangan Kasultanan Demak di
pesisir yang dipimpin oleh Raden Patah alias Senapati Jin Bun. Maka, bukan hal
mustahil bila kejayaan Manchester United akan mencapai episode terakhir seiring
dengan berkembangnya Manchester City di bawah kepemimpinan Syeikh
Mansour.