Sabtu, 16 Januari 2016

Berkenalan dengan Football Manager: Game Seru Pembunuh Waktu

source: hitc.com

Awalnya saya tidak terlalu berminat dengan game Football Manager. Mengetahuinya sejak zaman kuliah di Jogja, saya berpikir genre game sepak bola ini terlalu egois. Hanya bisa dimainkan oleh satu orang. Sebagai seorang sosialis Indonesia sejati yang menjunjung nilai-nilai ke-guyub-an, jelas saya tidak bisa menerima hal ini. Karenanya, saya lebih tertarik menggeluti Pro Evolution Soccer-nya Konami atau FIFA-nya EA Sports yang bisa melibatkan lebih banyak orang dan mempertemukan individu-individu dengan ideologi kesepian.
Ketidakpedulian saya dengan game garapan Sports Interactive itu kian bertambah ketika melihat dua kawan kontrakkan: Dede dan Ridwan memainkan game tersebut. Setelah melihatnya sepintas, tidak ada hal yang mengharuskan saya menyodorkan sebilah flash disk untuk mengemis master game itu. Apalagi setelah menyaksikan tampilan pertandingan yang sangat biasa [saja] dengan simulasi permainan mirip situasi permainan karambol. Apa serunya coba?!

source: gaming-uk.net

Namun yang kemudian membuat heran, kedua kawan saya itu betah manteng di layar laptop seharian penuh hanya demi game yang berlisensi SEGA itu. Berpeluh dengan aktivitas transfer pemain, bergemuruh bersama tampik sorai suara penonton, dan mengeluh ketika hasil pertandingan tidak sesuai dengan yang diharapkan, momen-momen seperti itulah yang saya tangkap ketika menyaksikan laku nge-game mereka.
Di Eropa, fenomena tersebut ternyata sudah menjadi hal yang lumrah bagi gamers Football Manager. Seperti pernah diwartakan situs panditfootball dua tahun lalu, Football Manager bisa menghasilkan dampak sangat serius. Tak hanya menyita sebagian besar waktu para penggunanya, Football Manager bahkan bisa mengapungkan daya imajinatif para gamer-nya sampai langit tingkat tujuh dengan ritual-ritual khusus saat mengawal pertandingan, seperti menggunakan jas [layaknya manajer sepak bola betulan] atau mengenakan parka dan jaket tebal ketika klub yang dikelolanya menggelar laga tandang ke Eropa Timur, ataupun ke wilayah Skandinavia. Dahsyat!



source: panditfootball.com

Di Indonesia, game Football Manager memang belum terlalu familiar. Selain tidak menjunjung nilai dan semangat kolektivitas, sejauh yang saya ketahui, game ini kebanyakan dimainkan dalam platform personal computer [PC], dan jarang saya temui di konsol permainan macam Playstation maupun X-Box.

Saya yang pada awalnya sama sekali tidak berminat menjadi seorang manajer sepak bola virtual. Akhirnya, mulai tertarik dengan game yang menuntut kesabaran dan ketelatenan ini. Mulai akhir tahun lalu, saya [dengan sia-sia] menyisihkan 3-4 jam setiap harinya hanya demi melihat gol-gol yang dicetak Wayne Rooney dkk. Brengsek memang!    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar