Namanya Massimo Luongo. Sebagai
pesepakbola berdarah Indonesia, namanya barangkali tidak terlalu tenar seperti
Giovani van Bronckhorst atau Radja Nainggolan. Terlebih pemain berpaspor
Australia ini hanya mentas di divisi Championship kompetisi negeri Ratu
Elizabeth bersama klub Queens Park Rangers.
Tapi pemain berusia 23 tahun ini
membuat heboh dunia sepak bola setelah masuk dalam nominasi 59 calon
peraih Ballon d'Or 2015. Ini tentu mengejutkan mengingat
nama-nama kondang macam David Silva, Gianluigi Buffon, hingga Angel di Maria
pun tidak masuk bursa peraih supremasi tertinggi dalam jagat kulit bundar ini.
Siapa sebenarnya Luongo?
Ia adalah pemain Timnas sepak bola
Australia. Nama Luongo mencuat setelah jadi pemain terbaik Piala Asia 2015,
dengan mengantarkan The Socceross jadi kampiun turnamen. Luongo
kian tersohor kala namanya masuk daftar skuat final timnas Australia yang akan
berlaga di Piala Dunia 2014 Brasil.
Ia menyisihkan nama-nama langganan
timnas Australia seperti Josh Kennedy, Tom Rogic, Luke Wilkshire dan Mark
Birighitti. Demi membela panji The
Socceross di ajang sepak bola terakbar Luongo pun harus membatalkan
liburannya bersama sang istri.
“Saya merasa baik. Saya merasa
senang, istimewa, dan sangat bahagia. Emosi bercampur aduk. Saya hanya bahagia
mendapat kesempatan berada di sini dan sangat bersyukur,” kata Luongo seperti
ditulis goal.com.
Identitas Luongo sendiri tidak
jelas. Memiliki paspor Australia, tapi tidak ada sedikitpun darah “kangguru” mengalir
di nadinya. Ibu Luongo adalah seorang Indonesia. Namanya Ira. Sementara sang
ayah berasal dari negeri pizza Italia. Bernama hey Mario.
Ira dan Mario dipertemukan Tuhan di
sebuah restoran Italia di kawasan Bondi, Australia. Saat itu, Ira yang berstatus
mahasiswi mencuri perhatian Mario, yang ternyata pemilik restoran tersebut.
“Suatu hari saya merasa sangat lapar
dan melihat restoran Italia di Bondi, tiba-tiba seseorang membawakan bunga dan
menolak saya untuk membayar (makanan),” kata ibunda Massimo Luongo tentang
kisah cintanya.
Tiga tahun kemudian mereka menikah.
Dan pada 25 September 1992, ia tidak menyangka akan melahirkan seorang anak
yang 21 tahun kemudian menjadi bagian dari gemerlapnya Piala Dunia Brasil.
Bahkan, nama Luongo kini bersaing dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo
untuk memperebutkan Ballon d'or.
“Saya bahkan tidak tahu apakah itu
nyata. Pada awalnya saya pikir pengumuman itu hanya seseorang yang mencoba
untuk membuat lelucon saja,” ujar Luongo seperti dikutip dari Fox
Sport.
Meski sudah menjadi warga negara
Australia, Luongo tak lantas lupa dengan tanah nenek moyangnya. Kepada Telegraph
Australia, Luongo mengaku
memiliki leluhur yang luar biasa. Sebab kakek moyangnya merupakan Sultan dari
kerajaan Bima dan Dompu di Pulau Sumbawa, bernama AA Siradjudin.
“Ada emosi yang mengikat. Saya
memiliki kakek-nenek, bibi, paman dan sepupu di sana (Indonesia). Saya belum
pernah ke sana namun saya menginginkannya,” kata Luongo.
Kita sebagai sebagai masyarakat sepak bola Indonesia tentu hanya bisa berharap dan berdoa agar Luongo sukses menjalani kariernya sebagai pesepakbola. Meski kini ia sudah menjadi "pemuda harapan bangsa" negara lain, kita tentunya tidak boleh pesimis.
Kita masih memiliki stok pemuda harapan bangsa lainnya yang berpotensi mengharumkan Indonesia dalam jagat sepak bola dunia di masa depan, sedikit dari mereka adalah Tristan Alif dan (barangkali) Jack Brown.
hemm,.... Kalo begitu Luongo adalah milik Tuhan. Karena ia yang mempertemukan dua orang di sebuah restoran Itali. Talenta Maradona, Messi, adalah anugerah yang Kuasa. Hanya masalah lantas muncul semenjak ia dikaitkan dengan trah, kebangsaan, negara. Karena ia bukan saja menyeret pembicaraan tentang asal usul, melainkan juga "milik siapa". Apa untungnya "kepemilikan" ini? Pertama, kepemilikan atasnya bisa berarti kesempatan mendapatkan jasanya untuk membela tim sepak bola sebuah negara. Kedua, "kepemilikan" bisa membangkitkan kebanggaan nasional. Dan, ketiga, "kepemilikan" bisa pula tak berarti apa-apa. Luango dan Indonesia, menggambarkan poin yang ketiga. Tulisan yang menarik. Kunjungi ya... berandaesai.blogspot.com
BalasHapus